Rabu, 02 Februari 2011

MEMAKNAI REVOLUSI MESIR

Sampai hari ini Mesir masih terus bergejolak.Para korban telah berjatuhan, baik yang meninggal maupun luka-luka.Kemarahan rakyat yang terpendam bertahun-tahun akhirnya meledak.Ditunjukkan dengan unjuk rasa secara besar-besaran untuk menuntut jatuhnya presiden Hosni Mubarak.Sekitar 2 juta massa berkumpul di Tahrir Square dengan yel-yel agar segera diadakan pergantian rezim.

Tuntutan mereka bukan hanya reformasi namun revolusi.Yang artinya, rakyat Mesir menghendaki pergantian rezim sekaligus sistem yang selama ini dianggap diktator.Korupsi serta kemiskinan menjadi pemandangan sehari-hari pada pemerintahan Hosni Mubarak.Peristiwa ini tidak lepas dari apa yang telah ditunjukkan Tunisia, negara tetangga Mesir yang juga dipimpin oleh presiden yang diktator.

Namun, gerakan rakyat Mesir kali ini kurang mempunyai agenda yang kuat.Karena belum dipersiapkannya tokoh baru yang muncul pasca Mubarak nanti.Presiden Hosni Mubarak juga masih mendapatkan dukungan dari kalangan militer yang menjadi penentu pergantian rezim di Mesir pada tahun-tahun sebelumnya.Di samping itu kalangan pengusaha, pihak Al Azhar, juga belum memberikan pernyataan persetujuan dijatuhkannya Mubarak.Ikhwanul Muslimin (Moslem Brotherhood) tidak menyuarakan pendapat mereka.Partai ini mempunyai kekuatan yang besar dan sangat diperhitungkan di Mesir.Dengan demikian demonstrasi kali ini belum menunjukkan agenda yang solid dengan munculnya tokoh yang menonjol.Leadership adalah syarat utama dalam keberhasilan revolusi.

Situasi dilematis di Mesir memunculkan spekulasi mengenai pemimpin yang akan berkuasa pasca Mubarak.Misalnya Mohammad El Baradei, sering disebut-sebut akan memimpin Mesir selanjutnya.Namun kemunculan mantan direktur IAEA yang belakangan tersebut, diragukan banyak kalangan.Rakyat Mesir membutuhkan sosok yang mempunyai kekuatan bisa membawa perubahan, bukan hanya kepentingan sesaat.Bila kita bandingakan dengan revolusi di Iran tahun 1979.Ayatullah Khomaini mendapatkan dukungan yang sangat kuat dari rakyat Iran.Faktor inilah yang menjadi kunci kesuksesan gerakan rakyat sipil di Iran.

Apa yang kita saksikan di Mesir kali ini berasal dari inpirasi.Yakni, Peristiwa di Tunisia telah menginspirasi rakyat di Mesir.Namun gerakan rakyat di Mesir juga sebagai inspirasi bagi negara-negara yang dipimpin oleh pemerintahan yang diktator, korup serta kemiskianan merajalela.Bagi rakyat Indonesia yang mempunyai kedekatan dengan warga Mesir ---karena banyaknya WNI yang kuliah di sana---, peristiwa ini menjadi konsentrasi tersendiri.Setidaknya memberikan semangat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.Gerakan massa di Mesir menjadi inspirasi adanya kekuatan rakyat sipil atau '' people power ''.Rakyat yang selama ini dianggap sebagai boneka ternyata juga mempunyai kekuatan yang luar biasa.Bahkan menjatuhkan pemerintahan.

Bagi para pemegang kekuasaan yang korup dan diktator, Gerakan massa di Mesir dapat bermakna sebagai peringatan.Sistem diktator yang mereka terapkan akan berhadapan dengan rakyatnya sendiri, ketika rakyat sudah tidak tahan lagi dengan penindasan.Penegakan hukum yang tidak sebagaimana mestinya dapat memicu massa untuk bergerak menuntut pergantian rezim.

Bagi pemerintahan negara-negara selain Mesir yang berpikir positif, peristiwa ini dapat dijadikan kajian ulang mengenai apa yang selama ini telah dilakukan.Mereka harus memahami kondisi rakyatnya selama ini.Kecenderungan penguasa yang diktator lebih dikarenakan lamanya berkuasa.Kalau terlalu lama pemimpin biasanya tidak mau turun dari jabatan.Dan akhirnya diturunkan secara paksa oleh rakyatnya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar