Minggu, 09 Oktober 2011

BULE MAKAN TEMPE



Warung pecel lele banyak ditemui di Jogja.Terutama malam hari.Menunya tidak cuma pecel lele, ada: ayam goreng, ayam bakar, soto ayam, soto babat, telor-tempe atau tempe penyet dan lain-lain.Mayoritas pedagangnya orang Lamongan.Maka tidak heran dalam sehari wilayah Jogja menghabiskan lele sekitar 12 ton.Atau kurang lebih 120 ribu ekor ikan lele(SKH Kedaulatan Rakyat, 10/10/2011).

Para pengunjungnya rata-rata mahasiswa.Baik yang dari Indonesia saja atau dari luar negeri.Saya terkadang makan sama bule.Ternyata suka juga makan di pecel lele.Mungkin menyesuaikan diri atau kerena harganya sangat jauh lebih murah dibanding makanan Barat.

Yang menarik adalah cara bule mengkonsumsinya.Ketika itu saya makan bersama bule dari Belanda.Dia pesan nasi putih dan lauknya telor-tempe goreng plus sambal.Kalau budaya kita, makanan utamanya nasi dan pendukungnya telor-tempe.Tetapi bagi si bule kebalik.Makanan utamnya telur-tempe, pendukungnya nasi putih.Jadi, yang dihadapannya telur-tempe, sedangkan nasinya disamping.Dengan kata lain si bule makan telur-tempe lauknya nasi putih.Kalau nambah juga begitu.Yang ditambah telur-tempenya bukan nasinya.

Ketika ditanya, kenapa makannya dibalik?Nggak kaya orang Indonesia makan?Dia mengatakan, telur sama tempe sumber protein, sedangkan nasi sumber karbohidrat.Bagi orang Barat protein menjadi makanan utama dan karbohidrat pendukung saja....

MENU ALA JOGJA


Rumah makan di Yogyakarta atau sekarang akrab disebut Jogja mempunyai cara tersendiri dalam menyajikan menu.Hal ini juga saya temui di wilayah Jawa Tengah seperti:Magelang, Solo, Wonogiri, Semarang dan lainnya.Ketika masih baru tinggal Jogja, saya tidak terbiasa dengan penyajian seperti ini.Warung-warung di Jogja kebanyakan prasmanan.Di mana; nasi, sayur dan lauknya memilih sendiri sesuai selera.Jumlah yang dimakan juga dihitung sendiri.Budaya seperti ini mengajarkan kejujuran kepada para pengunjung.Apabila makan lima tetapi bilang sama kasir dua, kita tidak akan ketahuan.

Cara memilih menu juga tidak asal mencampur, bisa-bisa rasa makanan justru tidak karuan.Karena menu yang disajikan bermacam-macam.Untuk sayur misalnya, ada:oseng-oseng, sayur bening, sayur lodeh dan lain-lain.Begitu juga dengan lauknya, ada:ayam, lele, tempe, telur dan masih banyak lagi.Semuanya disajikan dan pengunjung tinggal memilih sendiri.

Bagi yang tidak terbiasa makan di warung model seperti ini, setelah mengambil nasi putih, hampir semua sayur diambil.Dicampur jadi satu beserta lauknya.Tentu rasanya justru kurang lezat.

Pada awalnya saya juga melakukan hal demikian.Mengambil sayur lodeh nangka misalnya, ditambah oseng kangkung kemudian sayur tahu masih ditambah lauk telur dan sambal.Apa yang terjadi?Lidah kita menjadi bingung, makanan rasanya tidak karuan atau gado-gado.Beberapa tahun tinggal di Jogja saya masih seperti itu, sampai-sampai saya kurang selera dengan masakan Jogja.Saya hanya makan makanan yang satu macam kayak soto, gudeg, pecel atau yang lain, yang tidak prasmanan.

Suatu ketika saya makan bersama seorang teman yang orang Jogja asli.Dia ketawa melihat saya memilih menu dengan mencampur macam-macam sayur.Warungnya parasmanan ketika itu.Kemudian dia mengajarkan cara memilih menu yang benar.Kita harus bisa memilah antara sayur dan lauk yang akan kita konsumsi.Misalnya sayur bening, cukup satu jenis saja kemudian ditambah lauk juga satu saja, lalu ditambah sambal.Kalau mau nambah lagi pakai kerupuk atau tempe goreng.Itu saja, tidak perlu campur aduk.Setelah saya coba benar, rasanya memang lebih menarik daripada cara saya sebelumnya.

Ternyata yang mencampur lauk dan sayur macam-macam bukan saya saja.Seorang teman dari Kalimantan juga demikian.Namun setelah tahu bagaimana cara memilih menu yang benar, ia juga bisa merasakan nikmatnya makan prasmanan.

Kamis, 06 Oktober 2011

PARA PENDEKAR JOMBANG

Dulu kita mengenal istilah ''Orang-Orang Gila'' dari Jombang, bukan gila sebenarnya tetapi karena ilmu mereka.Mereka juga layak kita sebut sebagai ''Para Pendekar dari Jombang''; Nurkholis Madjid, KH Abdurrahman Wahid, Emha Ainun Nadjib, Ustadz Abu Baka Ba'asir dan kalau tidak salah Asmuni?Tokoh Srimulat.

Para tokoh itu bahkan menggemparkan Negeri dengan sepak terjang maupun kepopulerannya.Yang saya sendiri meyakini bahwa mereka sangat serius mengajarkan kebaikan.Meskipun ada juga yang memandang negatif sehingga menimbulkan kontroversi.Dan ini biasa.

Kontroversi selalu ada dalam setiap perjalanan sejarah.Apalagi menyangkut pemikiran, aksi, ideologi.Terlebih lagi persoalan agama, yang sensitif itu.Pesan positif maupun hikmah dari setiap kontroversi adalah apabila kita bisa memahami sebagai keanekaragaman dan tidak perlu menimbulkan konflik fisik.Kalau ingin ilmu pengetahuan berkembang maka harus siap dengan segala kontroversialnya.

Untuk Ustadz Ba'asir dan Pak Asmuni saya tidak begitu tahu, hanya sesekali melihat mereka di media massa.Tetapi untuk Cak Nur, Cak Nun dan Gus Dur saya memang sering menggali pemikiran-pemikiran beliau.Baik dari media maupun tulisan-tulisannya.

Cak Nur misalnya, banyak sekali buku-buku tentang keagamaan atau Islam yang oleh beliau diistilahkan ''Islam ke-Indonesiaan'' yang dapat kita baca.Di samping saya juga pernah aktif di HMI, meskipun periodenya sangat jauh dengan Cak Nur.

Begitu juga dengan Gus Dur.Tulisan-tulisannya menggunakan bahasa sederhana namun mempunyai makna yang mendalam.Sangat berpengaruh dalam pengetahuan saya, khususnya dalam memahami Islam.Saya juga sering mengikuti acara ''Kongkow Bareng Gus Dur'' di radio KBR 68H yang disiarkan setiap hari Sabtu.

Khusus untuk beliau berdua, saya atau kami sangat berduka karena mereka tidak dapat lagi kita ikuti di media lagi.Meski begitu pemikiran-pemikiran Cak Nur dan Gus Dur akan terus berjalan lewat karya-karya yang telah ditinggalkan.Cak Nur dan Gus Dur telah pergi meninggalkan kita.

Sekarang tinggal Cak Nun, semoga beliau diberikan umur yang panjang.Melalui majlis ilmu ''Maiyah'', Cak Nun banyak memberikan inspirasi bagi banyak ummat.Cak Nun sendiri tidak ingin dikultuskan, disakralkan karena kita boleh menyerahkan jiwa dan raga hanya kepada Allah dan Rasul Muhammad.Namun ''Maiyah'' yang tersebar di mana-mana adalah sumber ilmu dan informasi akan kebenaran.''Maiyah'' merupakan gerakan kebudayaan dengan semangat kebersamaan di tengah-tengan perbedaan.''Maiyah'' hanya mengajarkan kebenaran, penyerahan diri hanya kepada Allah semata.Di dalam majlis ini kita diajarkan bagaimana hidup yang layak.Gus Mus pernah mengatakan kata ''layak'' atau ''pantas'' dalam istilah arab disebut ''sholeh''.Di dalam ''Maiyah'' kita diajarkan supaya pantas menjadi hamba Allah dan pantas diselamatkan di hari akhir nanti.

Mudah-mudah ''Para Pendekar'' akan muncul lagi untuk generasi selanjutnya, tidak cukup hanya di sini.Ummat Islam butuh mereka......

Jumat, 23 September 2011

JALUR JATENG, MENYEDIHKAN.

Hampir setiap bulan saya melakukan perjalanan antar provinsi.Antara Jogja- Jabar atau Jogja-Jatim.Di mana keduanya selalu melewati Jateng.Setidaknya sebagian dari wilayah Jateng.

Ke Cirebon misalnya, kalau saya berangkat dari Jogja melalui jalur selatan, saya akan masuk wilayah:Purworejo, Kebumen, Purwokerto, Cilacap, Banyumas, Brebes sampai akhirnya masuk wilayah Pantura(pantai utara pulau Jawa) atau masuk tol milik Bakri di Pejagan.

Begitu juga kalau dari Jogja menuju Cirebon melalui jalur utara.Saya melewati Magelang dan dipertigaan Secang jalurnya terpisah menjadi dua.Bisa ke arah:Temanggung, Kendal.Atau langsung ke arah Semarang.Untuk memperlancar perjalanan di Semarang juga ada jalan tol.Kedua jalur ini akan bertemu di wilayah Kabupaten Batang.Dan selanjutnya: Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes.Lagi-lagi kita dapat lurus memalui Pantura atau masuk tol milik Ketua Umum Golkar tersebut.

Saya memang sering ke Cirebon, bahkan sebulan bisa dua kali karena urusan bisnis.Cirebon dikenal sebagai kota industri di Jabar bagian paling timur.Wilayahnya yang strategis di sepanjang pantai utara membuat Cirebon maju dalam bidang perdagangan.

Di lain waktu saya harus melakukan perjalanan dari Jogja ke Jatim.Barangkali tidak sesering ke Cirebon.Kira-kira dua bulan sekali.Karena Jatim adalah tempat kelahiran saya.

Dari Jogja ke Jatim sebenarnya ada empat jalur.Paling selatan melalui: Gunung Kidul/Wonosari, Wonogiri, Ponorogo.Jalur ini jalannya menanjak dan menurun karena wilayah pegunungan.

Bisa juga dari Jogja memalui Klaten(wilayah selatan).Dan sampai di: Sukoharjo, Wonogiri.Atau dari Klaten ke arah; Solo, Sragen.Jalur ini paling banyak dilewati kendaraan karena memang jalur utama.Atau memalui Semarang, dan terbilang memutar ke utara.Memang lebih jauh namun sebenarnya bisa juga sampai di Jatim.

Yang menyedihkan sekaligus menjadi catatan saya adalah ketika memasuki wilayah Jateng, jalan aspal hampir semuanya rusak dan bergelombang.Di jalur selatan, dari Jogja ke Cirebon misalnya.Ketika kendaraan memasuki wilayah Purworwjo aspalnya tidak semulus wilayah Jogja.Banyak lobang dan bergelombang.Kondisi ini sampai di wilayah Brebes.

Juga ke arah utara, ketika masuk wilayah Sukorejo jalannya juga tidak rata dan berlobang.Belum lagi banyaknya tanjakan serta tikungan.

Menuju Jatim juga demikian.Di jalur selatan ketika memasuki Kabupaten: Sujoharjo, Wonogiri aspal jalan banyak yang terkelupas.Bahkan berlobang dan bergelombang.

Oleh karena itu saya bersama teman seperjalanan sering bertanya-tanya.Mengapa yang rusak rata-rata wilayah Jateng?Apakah anggaran untuk perbaikan jalan raya wilayah Jateng paling kecil?

Atau anggarannya lebih banyak difokuskan untuk pembangunan wilayah Pantura?

Jateng memang dilalui jalur Pantura dan dilewati kendaraan-kendaraan besar paling banyak.Angkutan industri menuju Jakarta atau sebaliknya, menuju Semarang dan Surabaya, paling ramai melalui jalur Pantura.Yang nota bene termasuk kawasan Jateng.

Barangkali hal ini yang menyebabkan wilayah lain di Jateng seakan-akan tidak diperhatikan.Sampai tulisan ini kami buat.

Kamis, 22 September 2011

AYAT-AYAT ALLAH

Seperti biasanya sebelum berdiskusi Cak Nun mengajukan pertanyaan.Malam itu majlis ilmu Maiyah oleh Emha Ainun Najib dibuka dengan sebuah pertanyaan, ''mengapa kita perlu Al Quran?''.Padahal sebelumnya manusia tidak memerlukan kitab suci untuk menemukan kebenaran? Cak Nun menambahkan.

Majlis ilmu, Maiyah, yang kalau di Jogja dinamakan ''Mocopat Syafaat'', diselenggarakan setiap tanggal 17, bertempat di halaman TK milik Cak Nun sendiri.Malam itu juga seperti malam-malam sebelumnya, alunan musik Kiai Kanjeng mengiringi shalawat yang sekali waktu dikumandangkan.

Kita memerlukan Al Quran karena tidak semua persoalan dapat dijangkau oleh akal.Kalau hanya ingin berbuat baik semata, kita dapat menemukan dengan nurani dan akal.Tetapi pengetahuan hal-hal yang ghaib misalnya, tentu akal tidak bisa menjawabnya, kata Emha.

Allah telah memberi petunjuk kepada kita berupa ayat qauniyah dan ayat qauliah.Qauniah berupa alam semesta.Di mana awal penciptaannya berupa cahaya.Alam semesta merupakan sebuah tanda, baik berupa kenikmatan dari Allah maupun peringatan Allah kepada kita.Bencana alam, seperti gempa sebenarnya adalah tanda ketentuan Allah atas perbuatan yang telah kita lakukan selama ini.Namun banyak manusia yang tidak mampu memahami tanda-tanda.Oleh karena itu sudah berkali-kali dikirim bencana masih saja bebal.Tidak berusaha memperbaiki sikap dengan perbuatan mulia.

Ayat yang kedua yaitu Qauliah berupa kitab suci Al Quran.Di mana merupakan rangkaian dari kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada nabi sebelum Muhammad saw.Sebelumnya ada Taurat, Zabur, Injil dan akhirnya Al Quran.Semuanya adalah tanda dari Allah, untuk memberikan informasi persoalan-persoalan yang tidak mampu dijangkau akal manusia.

Manusia terlahir memang dianugerahi akal yang mampu membedakan mana yang baik dan buruk.Tetapi banyak yang hanya menuruti hawa nafsu saja.Tindakan yang hanya menuruti hawa nafsu akan melahirkan kepuasan semata.Sedangkan yang menggunakan akal akan mencapai kenikmatan.

Maiyah malam itu diakhiri bebarapa kalimat Cak Nun, yang kurang lebih demikian, ''janganlah memalingkan hidupmu beserta keluargamu selain untuk masa depanmu dan keluargamu.Dan hendaknya kita selalu dalam kondisi dikepung oleh ketaqwaan kepada Allah swt''.

SPLIT PERSONALITY

Sebelum membahas mengenai split personality, saya mencatat beberapa tips yang disampaikan oleh KH.Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym.Beliau mengatakan bahwa orang yang rugi dalam hidupnya adalah orang yang melakukan beberapa tindakan yang tidak seharusnya ia lakukan.Tindakan-tindakan tersebut yaitu:
1.Orang yang memikirkan sesuatu yang tidak perlu dipikirkan
2.Orang yang mengerjakan sesuatu yang tidak perlu ia kerjakan
3.Yang membicarakan hal yang tidak perlu ia bicarakan
4.Orang yang mengurus sesuatu yang bukan urusannya.

Maka sebaliknya, apabila kita ingin beruntung jangan melakukan empat hal yang disampaikan di atas.Kiai yang juga pendiri ponpes Daarut Tauhid tersebut juga menambahkan, selama dunia masih di tangan maka tidak akan tahu siapa sahabat kita.Baru setelah dunia lepas dari tangan, kita akan tahu siapa sahabat kita.

Sedangakan istilah '' Split Personality '', pernah disampaikan oleh seorang motivator, Ary Ginanjar.Split personality adalah orang yang antara perkataan dan perbuatannya berbeda.Di dalam Islam sering disebut sifat nifaq.Orangnya disebut munafik.Dalam kesempatan lain, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Azzumardi Azra mengatakan bahwa masyarakat Indonesia banyak yang mengalami split personality.Indikasinya, banyak masyarakat yang taat menjalankan ibadah namun perbuatan yang dilarang agama tetap dilanggar.Misalnya, para koruptor ternyata orang-orang yang beragama.Bahkan ada di antara mereka yang beberapa kali menjalankan ibadah haji dan lain-lain.Namun tidak menjamin perbuatan mereka bebas dari korupsi ketika mempunyai jabatan.

Untuk menghindari kondisi split personality, antara hati: (hearth)-----kepala (head)-----nyali (guts) harus menyatu.Sehingga melahirkan kekuatan yang hebat, bukan hanya kemampuan logika.Dengan menyatunya ketiga komponen tadi akan melahirkan individu yang tulus serta mempunyai integritas.Integritas ialah, menyatunya pikiran dan perbuatan selanjutnya menjauhkan kita dari kemunafikan.

Senin, 11 April 2011

MASA LALU

Sejarah hari ini tidak akan terlepas dari masa lalu.Karena hari ini dan masa lalu adalah rangkaian serat perjalanan yang selalu terkait.Meski ada lagi keterkaitan serat yang masih dalam penjara tanda tanya, yakni hari esok.Hari esok berada dalam jeruji pertanyaan karena kita sendiri tidak akan mampu melampaui batas-batas masa.Sehingga masa lalu, hari ini dan masa yang akan datang berada dalam lingkaran fakta sekaligus mimpi.Mimipi yang berjalan bersama pertanyaan-pertanyaan.

Masa lalu dalam makna sejarah yang telah berlalu tidak mungkin dapat terhapus.Meski kita mampu sedikit melupakan dengan melawan jati diri, dengan membohongi diri sendiri atau menghibur diri.Meneriakkan pernyataan lantang, sekaligus menantang; masa laluku tidak pernah ada.

Masa lalu akan benar-benar berlalu ketika kita tidak dapat lagi memaknai masa sebagai masa.Kita tidak mampu menyelami waktu sebagai waktu.Dan kita telah berhenti pada satu titik yaitu keabadian.Atau mereka yang telah terkena amnesia.Di mana syaraf tidak lagi berfungsi sekalipun hanya mengenal diri sendiri.Kata aku telah tercerabut dari kamus kognitif sejarah.

Merangkai masa lalu dengan masa sekarang dapat bermakna pencerahan sekaligus dilema.Ketika masa yang lalu kita anggap sebagai keterpurukan, ketertinggalan, ketidak berdayaan.Maka mengingat masa lalu seakan menyaksikan awan yang kelam.

Tapi apabila masa lalu dapat kita maknai sebagai proses pencarian, sebagai ibu yang telah melahirkan, sebagai ajang pembelajaran.Masa lalu adalah pijakan dalam mengayunkan langkah menuju masa sekarang.