Sabtu, 22 Januari 2011

CATATAN MEI 1998

Beberapa pemuda yang berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Timur itu akhirnya menuju Yogyakarta.Belum dikenal nama '' Jogja '' seperti sekarang, yang lazim untuk menyebut '' Ngayogyokarto Hadiningrat ''.

Mereka bersemangat sekali dalam perjalanan.Rupanya terinspirasi oleh senior mereka yang lebih dulu menjadi mahasiswa dan sudah mengerti bagaimana cara berdemonstrasi.Tuntutan mundur kepada Soeharto, menjadi agenda sehari-hari saat itu.Para pemuda optimis, jika perjuangan senior mereka berhasil, maka Indonesia akan makmur.Keadilan dapat tercapai karena KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) akan habis diberantas.Mereka baru saja lulus dari SMU yang telah berganti nama.Sebelumnya SMA tetapi ketika lulus namanya menjadi SMU.

'' reformasi '', begitulah slogan yang terdengar di mana-mana.Di kota-kota yang menjadi basis mahasiswa.Selain Jakarta juga terdapat kota-kota lain yang di antaranya:Yogyakarta, Solo, Surabaya, Medan dan masih banyak lagi.Hanya dengan cara '' reformasi '' negara kita dapat mencapai pemerintahan yang demokratis.Tanpa reformasi, negara ini akan terus dipimpin oleh rezim yang diktator beserta kroni-kroninya.Oleh karena itu hanya satu pilihan yaitu, '' turunkan Soeharto ''.Begitulah tulisan yang banyak ditemukan di jalan-jalan.

Demonstrasi ketika itu menjadi aktivitas favorit para mahasiswa.Sampai; Amien Rais pun ikut turun ke jalan.Demi tercapainya '' reformasi ''.

Belum menjadi mahasiswa, namun beberapa pemuda itu sudah akrab dengan demonstrasi.Mereka menyaksikan langsung mahasiswa yang menyampaikan tuntutan dengan berorasi.Mereka juga merekam adegan bakar ban, pengrusakan rambu-rambu jalan, memecahkan traffic light di persimpangan.Bahkan sebuah box telepon umum dilemparkan ke tengah jalan di ring road Condong Catur.Anarkisme ikut mewarnai aksi karena suasana terus memanas.Moses Gatot Kaca, seorang mahasiswa ikut menjadi korban ketika mahasiswa bentrok dengan aparat keamanan di Yogyakarta.Demikian juga yang di Jakarta, '' tragedi Tri Sakti '' menjadi saksi sejarah peristiwa '' reformasi ''.

Syahdan, Presiden Soeharto akhirnya terguling pada Mei 1998.Sang '' smiling general '' yang oleh Emha diistilahkan sebagai '' Raja Indonesia '' tersebut telah '' lengser keprabon ''.Selanjutnya digantikan wakilnya, Habibi.Awalnya banyak yang meragukan kemampuan Habibi dalam memimpin negara.Banyak yang menilai Habibi hanya mengerti teknologi serta tidak melek politik.Proses pengangkatannya juga sempat menimbulkan polemik, apakah konstitusional atau tidak.Namun pemerintahan Habibi terus berjalan sampai habis periodenya.

Indonesia tiba pada pemilu tahun 1999 yang kembali menganut sistem banyak partai (multi party).Sistem yang pernah dilaksanakan pada 1955 atau pertama kali Indonesia melaksanakan pemilu.Ironisnya, mulai saat itu pula bangsa ini mengenal money politic (politik uang), politik dagang sapi dan politik bagi-bagi kekuasaan.Istilah-istilah yang sebelumnya hanya dibicarakan dalam ilmu politik (politics science), kini menjadi kebiasaan bangsa ini.Kalau ada uangnya akan dipilih tetapi bila tidak ada uangnya tidak akan dipilih.Beberapa pemuda tadi tampak sedih, setelah melihat kenyataan dari '' reformasi '' tidak seperti yang diagendakan.

Sampai sekarang, '' reformasi '' sudah sekitar tiga belas tahun telah digulirkan.Kendali pemerintahan ada di tangan presiden Yudhoyono.Beberapa pemuda tadi juga telah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi, tujuh tahun yang lalu.Mimpi mereka jauh dari kenyataan.Demokrasi telah bergeser dari maknanya.Anarkisme, bentrokan pelajar dan mahasiswa serta terorisme mewarnai perjalanan negeri ini.

Ternyata '' reformasi '' hanya menjadi pertanda bergantinya rezim.Tidak serta merta terciptanya kesejahteraan yang sebelumnya dicita-citakan.Penegakan hukum dan hilangnya kesenjangan sosial masih jauh dari harapan.Kapitalisme dijadikan pilihan dalam menjalankan perekonomian.Sistem ekonomi kerakyatan hanyalah janji dalam pemilu, demi tercapainya kekuasaan.

Beberapa pemuda itu telah berpisah dengan teman-temannya, meski selama ini selalu bersama.Kini saatnya mereka berjalan sesuai dengan arah masing-masing.Meski akhirnya menyisakan pertanyaan.Apakah '' idealisme '' masih menjadi pegangan mereka?Ataukah telah tergantikan dengan '' pragmatisme '', demi mencapai satu tujuan yakni materi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar