Rabu, 12 Januari 2011

ANTARA SUAP DAN IBADAH RITUAL

Rumor mengenai suap dalam penerimaan CPNS ternyata bukan isapan jempol semata.Pada tahun 2010, di salah satu kabupaten di Jawa Timur, seorang peserta tes CPNS mengaku membayar Rp 140 juta kepada oknum, dan benar, akhirnya ia diterima menjadi PNS.Diperkirakan masih banyak kasus-kasus seperti ini di tempat lain yang tidak terungkap.Menurut salah seorang teman, isu atau rumor seperti suap menyuap, kalau terjadi di Indonesia adalah kenyataan.

Sebagai orang yang beragama, saya kadang terbersit sebuah pertanyaan, bagaimana hukumnya menerima gaji dari hasil suap ketika meraih jabatan, khususnya di pemerintahan?

Pembahasan ilmu fiqh tentang persoalan ini, belum pernah dilakukan secara spesifik oleh kajian-kajian ke-Islaman, misalnya oleh MUI.Padahal ini penting karena mayoritas aparat kita beragama Islam.Pembahasan biasanya hanya menyangkut peristiwa penyuapan, bukan gaji atau uang yang diterima selama mengabdikan diri pada negara.

Apabila hukumnya haram, maka aparat pemerintahan yang melakukan kasus di atas, dapat dikatakan, memakan barang haram selama hidupnya.Bukan hanya itu, keluarga, termasuk anak dan istri/suami juga memakan barang yang sama.Kondisi yang demikian otomatis berdampak kepada ibadah yang mereka lakukan setiap hari.Karena darah yang mengalir di tubuhnya berasal dari hal yang tidak halal.Ibaratnya, bersuci tetapi menggunakan benda najis, bagaimana nilai ibadahnya?Bagaimana mungkin, hajinya akan mabrur, kalau yang digunakan adalah uang haram?

Menyuap ketika meraih jabatan, sama saja dengan mendhalimi hak-hak orang lain.Orang yang berkompeten tidak dapat menempati posisinya karena kalah oleh pihak yang menyuap.Tetapi ironisnya praktek penyuapan seperti ini marak terjadi di masyarakat.Ibadah ritual yang dilakukan setiap hari menjadi jauh dari penghayatan sekaligus kehilangan makna.Contohnya begini, banyak orang yang beranggapan, suap dan korupsi dapat dibersihkan dosanya dengan tetap melakukan shalat setiap hari.Akhirnya keduanya berjalan beriringan.Ibadah jalan terus, sementara korupsi juga tetap dilakukan.Anggapan ini menjadi tidak logis, seakan ibadah kepada Tuhan menjadi bahan permainan.Di dalam Al quran, pada surat al maa'uun dijelaskan, '' fawailullil mushalliin, maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu, '' alladziina hum 'anshalaatihim saa huun, orang-orang yang lalai dalam shalatnya ''.Artiya apa?Kalau kita sudah shalat setiap hari namun kemunkaran dan kemaksiatan tetap saja dilakukan, kita tergolong orang yang lalai dalam shalat.Dikatan bahwa, shalat akan mencegah dari perbuatan keji dan munkar.Lalai, yang dimaksud ada dua kemungkian.Pertama, lalai yang menyangkut kedisiplinan, terkadang melaksanakan shalat wajib dan terkadang tidak.Kedua, lalai dalam pengertian, tidak sampai ke esensi shalat yang sebenarnya.Ritual shalat tidak mampu menyentuh hatinya untuk tidak melanggar aturan Tuhan.Kedua kondisi yang disebut '' lalai dalam shalat '', menyebabkan shalat seakan tidak dapat mencegah kemunkaran dan kekejian.

Pembahasan persoalan yang riil seperti ini masih lepas dari perhatian ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU.Hal ini penting karena kian hari kian bertambah, kita saksikan praktek suap menyuap dalam seleksi pegawai pemerintahan.Aparat pemerintah, idealnya dapat menjalankan tugas dengan profesional.Negara ini sedang terpuruk, bukan akibat faktor luar (Foreign Factors) tetapi akibat faktor dalam negeri (Domestic Factors), yang di antaranya, tidak kompetennya aparat pada bidang masing-masing.

Hukum fiqh yang dipublikasikan, setidaknya dapat memberikan gambaran kepada masyarakat, bahwa praktik suap adalah pengkhianatan kepada Tuhan, yang setiap hari disembah dan dimintai pertolongan.Harus dipahami bahwa, tujuan beragama bukan hanya ibadah ritual semata tetapi juga hubungan sosial kemasyarakatan.Apabila agama dipahami sebatas ibadah ritual, agama seakan hanya alat untuk mencuci dosa semata.Para pelaku suap dan korupsi, merasa sudah terbebas dari dosa kalau sudah naik haji, membangun pesantren dan lain-lain.Kondisi ini memang ironi karena bangsa sedang terpuruk dengan berbagai macam persoalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar