Sabtu, 15 Januari 2011

'' TIADA ROTAN AKARPUN JADI ''

Lembar kelam itu dimulai ketika SK Menperdag No. 12 diterbitkan pada 2005.Mari E Pangestu, menambah keburaman dunia kerajinan rotan Indonesia.Bahan baku mentah diekspor secara besar-besaran. Kontan ! harga rotan melonjak tinggi.Bukan hanya naik, tetapi rotan telah berganti harga.

SBY seakan menutup mata.Kami, para pengrajin rotan, menjerit, tanpa tahu harus mengadu kepada siapa.Berbuat apa, karena kami bukan siapa-siapa serta tidak berwenang membuat apa.Ratusan pabrik gulung tikar, di Cirebon, tempat rotan didaya gunakan.Bahan yang dulunya hanya dianggap sampah, yang tumbuh bersama tanah basah, ketika di tangan terampil, mampu memukau dunia.Dengan nilai-nilai seninya, dengan keunikannya.Namun, apakah kini, rotan Indonesia hanya akan tinggal cerita?Tinggal kenangan yang pernah ada?Bahan baku rotan kini dikuasai China, Thailand maupun Vietnam.
Kami yang jauh di sana, di Yogyakarta hanya mampu menunggu cerita selanjutnya.

Sampai akhirnya, para perajin memutar otak.Merealisasikan pepatah lama, ' tidak ada rotan akarpun jadi '.Pepatah itu kini terealisasi menjadi sebuah produk.Rotan yang dipadukan dengan akar-akaran, menjadi nilai baru.Akar yang menjelma dalam bentuk lain menjadi pilihan.Inovasi baru dalam dunia rotan.Eceng gondok, mendong (sigres/istilah orang Cirebon) dan pohon pisang (gedebog), produk alam pulau Jawa tersebut, kini tidak sendiri.Disana, disandingkan dengan balutan rotan yang elegan, simpel, unik, klasik dan terkesan minimalis.Perpaduan itu untuk menyiasati harga dengan tanpa menghilangkan ciri khasnya.Rotan akan tetap menjadi rotan.Rotan tidak akan ke mana-mana, sebagai hasil hutan Kalimantan, Sulawesi maupun Sumatera.Tetapi rotan yang berpadu dengan bahan baku lain, akan mengukir cerita baru, sejarah baru dunia kerajinan.Para perajin kini mulai menggeliat, mulai bangkit, bukan karena kebijakan pemerintah.Namun karena keringat dan tenaga sendiri.Tidak ada yang dapat menolong, hanya mereka sendiri yang tahu mau ke mana dan menjadi apa.

Perlu diakui kreativitas para insinyur rotan ini.Mereka jeli menangkap hasil alam.Bahan yang ketika mengeksplorasinya tidak perlu merusak alam.Tidak seperti penebangan pohon yang menggunduli hutan.Kejelian mereka terbukti, dengan berbagai produk kerajinan sejenis rerumputan yang dapat dipadukan dengan bahan rotan.Kreativitas dan kerja keras mereka tidak untuk dihargai apalagi dipuji.Namun, semuanya berkaitan dengan eksistensi, para pekerja yang telah di PHK akibat pabrik yang gulung tikar, kini mereka mulai mendapatkan kembali pekerjaan.

Namun kami, belum sepenuhnya bahagia.Karena masih tersisa pertanyaan sekaligus kekhawatiran.Apakah nantinya, nasib akar-akar jelmaan itu akan menyusul rotan.Bahan bakunya diekspor besar-besaran, yang akan dinikmati negara lain.Dan kami, tinggal menikmati kelangkaan itu, keburaman kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar