Selasa, 08 Maret 2011

KISAH PILU DI JALAN RAYA

Sambil menunggu pembayaran barang-barang yang saya kirim di Mirota Batik saya membaca koran Kedaulatan Rakyat yang di sediakan kantor.Seperti biasa Mirota Batik sepertinya ingin membuat nyaman para penyuplai barang dengan menyediakan televisi dan beberapa koran di ruang tunggu.

Kebetulan berita yang saya baca kali ini mengenai para sopir yang terjebak macet di jalur selatan menuju Jakarta dari Yogyakarta.Sebelumnya saya sudah punya rencana, dua minggu lagi ke Cirebon untuk membeli furniture rotan, orang Jawa biasa menyebut dengan istilah '' kulakan '', jalur ini pula yang biasa saya lewati.Sebagai orang yang berwiraswasta saya memang sering terjun langsung ke lapangan supaya benar-benar mengerti dan merasakan perputaran bisnis yang saya tekuni.Bagi saya sekedar tahu dari balik layar saja tidak cukup sebelum merasakan langsung apa yang terjadi di balik dunia bisnis.Mulai dari pembelanjaan, penjualan, distribusi barang maupun bernegosiasi baik dengan para pengrajin dan pembeli.Karena dengan terjun langsung di lapangan kita akan memahami bagaimana karakter orang-orang yang terlibat di bisnis ini.Dan yang tidak dapat ditinggalkan adalah karakter di jalan raya.Kita akan tahu bagaimana kerasnya jalur pantura (pantai utara) pulau Jawa serta jalanan lain yang menghubungkan, setidaknya antar provinsi di pulau Jawa.

Koran Kedaulatan Rakyat yang tertanggal 8 Maret 2011 memuat berita mengenai ambrolnya jalan yang menghubungkan Purwokerto dengan Brebes.Sehingga para sopir kendaraan besar seperti:tronton, truk gandengan, colt diesel dan kendaraan bak terbuka lainnya terjebak macet hingga lebih dari lima hari.Kita bisa membayangkan bagaimana capeknya terjebak di jalan yang berhari-hari dengan bekal yang pas-pasan.Para sopir tentunya tidak membawa uang seperti para pengusaha yang berdompet tebal.Mereka, oleh bosnya hanya dibekali uang buat membeli BBM dan makan secukupnya.Kalau ingin mendapatkan penghasilan lebih, para sopir truk biasa mencari muatan setelah kembali dari mengirim barang utama.Tidak jarang mereka harus menunggu beberapa hari demi mendapatkan muatan atau biasa disebut barang '' balen ''.Dari uang transportasi barang '' balen ''tersebut bonus para sopir didapatkan.Kalau barang '' balen '' tidak ada mereka kembali ke perusahaan dengan tangan hampa.Uang yang dibawa pulang hanya sisa BBM dan makan di jalan.

Kondisi kemacetan sepanjang 5 kilo meter di Perbatasan Purwokerto-Brebes ini tidak banyak disorot media.Yang saya tahu baru koran Kedaulatan Rakyat, televisi belum ada yang memberitakan kondisinya.Sebelumnya santer diberitakan di televisi mengenai kemacetan di pelabuhan penyeberangan Merak, Banten.Di mana para sopit truk harus makan seadanya karena kehabisan bekal akibat berhari-hari terjebak kemacetan.Kapal roro yang tidak mencukupi membuat kendaraan pengangkut barang harus antri berhari-hari.

Kondisi kemacetan di Purwokerto kurang lebih sama dengan yang ada di pelabuhan Merak.Akibat kehabisan bekal para sopir harus makan dengan cara berhutang di warung di pinggir jalan, hanya dengan modal kepercayaan.'' masih beruntung pemilik warung percaya mau menghutangi kami '', kata para sopir, seperti ditulis Kedaulatan Rakyat.

Jalur selatan dipilih para sopir menuju Jakarta karena di Magelang terjadi banjir lahar dingin akibat erupsi merapi.Sejumlah kendaraan harus memutar arah ke Kulonprogo apabila menuju Semarang dari Yogyakarta.Namun ketika jalur selatan juga rusak parah sehingga tidak dapat dilalui, para sopir tidak punya pilihan lagi mau lewat mana.

PENYEBAB KERUSAKAN

Kalau kita bertanya siapa yang harus disalahkan?Barangkali ceritanya akan lebih panjang lagi.Selain akibat alam, yakni kondisi hujan dengan intensitas tinggi dan menyebabkan jalanan terkelupas bahkan berlubang dan longsor.Infrastruktur jalan memang kurang layak apabila dilewati kendaraan dengan muatan yang sangat berat.Truk-truk dengan muatan lebih dari 30 ton menjadi penyebab cepatnya jalanan mengalami kerusakan.Peraturan yang mengatur beban maksimal truk dalam mengangkut barang sebenarnya sudah lama dibuat.Juga ketika kendaraan melakukan uji kir, ukuran muatan maksimal daya angkut sudah tertera di buku kir dengan jelas.Tetapi praktek dilapangan jauh berbeda denga peraturan yang dibuat.Para petugas yang seharusnya memberikan sanksi atas ulah para sopir ternyata menjadi lembek ketika ada uang yang diselipkan di saku.Kendaraan dengan muatan berlebih akan dapat lolos begitu saja ketika pungli (pungutan liar) sudah menjadi budaya di jalan.Begitu juga dengan jalur-jalur tertentu yang tidak boleh dilewati kendaraan besar.Masih banyak yang menerobos dengan menyediakan uang pungutan atau '' mel '' bagi para petugas yang seharusnya menindak.

Para sopir juga mempunyai alasan tersendiri kenapa harus membawa barang dengan melebihi daya angkut.Menurut mereka karena tekanan dari bosnya.Dengan tujuan menghemat biaya pengiriman, maka isinya harus dimaksimalkan yang akhirnya melebihi daya angkut yang seharusnya.Padahal bahaya selalu membayangi para sopir apabila kelebihan muatan.Resiko kecelakaan seperti pecah ban, patah as roda, terguling ketika ada lobang dan lain-lain telah mengintai mereka.Tekanan dari bos ternyata membuat mereka harus mengabaikan resiko kecelakaan.Cerita ini seakan tidak pernah ada akhirnya.Selalu saja dari tahun ketahun kita temukan kemacetan dan kerusakan jalanan.Ketika satu sisi selesai dibangun maka sisi berlawanan sudah rusak kembali.Sepertinya kita menyaksikan lingkaran setan yang membayangi jalan raya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar