Mungkin hanya itu yang dapat dilakukan
Menetes seperti embun dikala pagi
Tidak sampai mengalir seperti air
Atau berhembus laksana angin yang bertiup
Bukan siapa-siapa, juga bukan apa-apa, di dalam negeri yang tak pernah melihat siapa maupun apa
Negeri impian yang penuh kedamaian, tetaplah mimpi yang tak mampu terbangun
Meski terlihat geliat pertanda telah dilahirkan
Namun perjalanannya adalah mimpi-mimpi dalam tidur panjang
Setetes tinta, boleh jadi tak bermakna
Setetes tinta, bisa saja hanyalah ilusi yang tiada arti
Tetapi tinta yang menetes lebih bermakna dari kebekuan
Kebekuan yang hanya diam dan sendiri, menyendiri bersama sepi
Mungkin ia harus meneteskan air mata
Atau bercerita tentang duka
Mengadukan luka pada luka
Terus memahami, meski tak pernah mengerti akan arti
Jika negeri tidak mampu lagi bercermin
Jika keadilan telah tergadaikan
Dan jika kebenaran tidak dapat lagi dikenali
Meski dalam hukum positif
Atau komitmen telah terkhianati
Tunggu kehancuranmu
Peradaban tidak lagi berpihak kepada kemanusiaan
Hukum alam tidak mampu lagi membacakan mantra keajaibannya
Hanyalah sejarah yang mampu menjawabnya
Semoga sejarah kebenaran yang menjadi pemenangnya
Amin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar